Ada seorang lelaki yang berpenampilan menarik datang ke majlis Abu Yusuf Kufi, hakim Harun al Rasyid. Sang hakim amat menghormati dan mengagungkannya. Di tengah majlis, dia hanya diam dan sama sekali tidak bersuara. Hakim itu mengira bahwa dia,, dengan penampilannya, memiliki keutamaan dan ilmu yang luas. Hakim itu berkata, "Silahkan bicara."
Dia menjawab, "Kedatangan saya kemari adalah untuk menanyakan suatu perkara." Hakim menjawab, "Silahkan, saya akan menjawab yang saya ketahui." Dia berkata, "Bila seorang yang berpuasa diperbolehkan untuk berbuka?" Hakim menjawab, "Tatkala matahari terbenam." Si lelaki bertanya kembali, "Sekiranya sampai pertengahan malam matahari belum juga terbenam, bagaimana?"
Hakim tertawa dan berkata, "Alangkah indahnya apa yang dikatakan oleh penyair (Jarir bin 'Athiyah), 'Diam adalah keindahan bagi orang bodoh, akal seseorang dapat diketahui dari kata-katanya, dan tidak berakalnya seseorang juga tampak dari kata-katanya.'"
Dia menjawab, "Kedatangan saya kemari adalah untuk menanyakan suatu perkara." Hakim menjawab, "Silahkan, saya akan menjawab yang saya ketahui." Dia berkata, "Bila seorang yang berpuasa diperbolehkan untuk berbuka?" Hakim menjawab, "Tatkala matahari terbenam." Si lelaki bertanya kembali, "Sekiranya sampai pertengahan malam matahari belum juga terbenam, bagaimana?"
Hakim tertawa dan berkata, "Alangkah indahnya apa yang dikatakan oleh penyair (Jarir bin 'Athiyah), 'Diam adalah keindahan bagi orang bodoh, akal seseorang dapat diketahui dari kata-katanya, dan tidak berakalnya seseorang juga tampak dari kata-katanya.'"