Wednesday, February 13, 2008
Bersyukurlah Dan Berbahagialah ...
Suatu ketika di ruang kelas sekolah menengah, terlihat suatu perbincangan yang menarik. Seorang Guru, dengan buku di tangan, sedang bertanyakan sesuatu kepada murid-muridnya di depan kelas.

" Anak-anak, kita sudah hampir memasuki saat-saat terakhir bersekolah di sini. Setelah 3 tahun, pencapaian terbesar apakah yang membuat kalian bahagia ? Apakah kejayaan-kejayaan besar yang kalian telah peroleh selama ini ?"

Murid-murid tampak saling pandang. Terdengar suara lagi dari Pak Guru, " Ya, ceritakanlah suatu kebahagiaan yang terjadi dalam hidup kalian ..."

Lagi-lagi semua murid saling pandang, hingga kemudian tangan Pak Guru itu menunjuk pada seorang murid. " Nah, kamu yang berkacamata, adakah kejayaan yang kamu temui ? Berkongsiilah dengan teman-temanmu ..."

Sesaat, terlontar sebuah cerita dari si murid, " Seminggu yang lalu, adalah saat-saat yang sangat besar buat saya. Orang tua saya, baru saja membelikan sebuah motor, persis seperti yang saya impikan selama ini."

Matanya berbinar, tangannya tampak seperti sedang menunggang sesuatu. " Motor sport dengan lampu yang berkilat, pasti tak ada yang boleh mengalahkan kebahagiaan itu !"

Pak Guru tersenyum. Tangannya menunjuk beberapa murid lainnya. Maka, terdengarlah beragam cerita dari murid-murid yang hadir.

Ada anak yang baru saja mendapatkan sebuah kereta. Ada pula yang baru kembali dari bercuti di luar negeri. Sementara, ada murid yang bercerita tentang aktivitinya mendaki gunung.

Semuanya bercerita tentang hal-hal besar yang mereka temui dan mereka dapatkan. Hampir semua telah bicara, hingga terdengar suara dari arah belakang. " Pak Guru ... Pak, saya belum bercerita."

Rupanya, ada seorang anak di sudut hujung kanan yang lupa dipanggil. Matanya berbinar. Mata yang sama seperti saat anak-anak lainnya bercerita tentang kisah besar yang mereka punya.

" Maaf, silakan, berceritalah dengan kami semua," ujar Pak Guru kepada murid berambut lurus itu.

" Apa kebahagiaan terbesar yang kamu dapatkan ?" ujar Pak Guru mengulang pertanyaannya kembali.

" Kebahagiaan terbesar buat saya, dan juga buat keluarga saya adalah ... saat nama keluarga kami ada dalam Buku Telepon yang baru terbit 3 hari yang lalu."

Sesaat senyap. Tak sedetik, terdengar tawa-tawa kecil yang memenuhi ruangan kelas itu. Ada yang tersenyum simpul, terkikik-kikik, bahkan tertawa terbahak mendengar cerita itu.

Dari sudut kelas, ada yang berkomentar, " Ha ? Saya sudah sejak lahir menemukan nama keluarga saya di Buku Telepon. Buku Telepon ? Betapa menyedihkan ... hahaha ..."

Dari sudut lain, ada pula yang menyindir, " Apa tak ada hal besar lain yang kamu dapat selain hal yang lumrah semacam itu ?"

Lagi-lagi terdengar derai-derai tawa kecil yang masih memenuhi ruangan. Pak Guru berusaha menangani situasi ini, sambil mengangkat tangan.

" Tenang sebentar anak-anak, kita belum mendengar cerita selanjutnya. Silakan teruskan, Nak ..."

Anak berambut lurus itu pun kembali angkat bicara. " Ya, memang itulah kebahagiaan terbesar yang pernah saya dapatkan. Dulu, Papa saya bukanlah orang baik-baik. Kerananya, kami sering berpindah-pindah rumah. Kami tak pernah menetap, kerana selalu dikejar polis."

Matanya tampak menerawang. Ada bias pantulan cermin dari kedua bola mata anak itu, dan ia melanjutkan.

" Tapi, kini Papa telah berubah. Dia telah mahu menjadi Papa yang baik buat keluarga saya. Sayang, semua itu tidak inginkan waktu dan usaha. Tak pernah ada Bank dan Yayasan yang mau memberikan pinjaman modal buat bekerja. Hingga setahun lalu, ada seseorang yang rela meminjamkan modal buat Papa saya. Dan kini, Papa berjaya. Bukan hanya itu, Papa juga membeli sebuah rumah kecil buat kami. Dan kami tak perlu berpindah-pindah lagi."

" Tahukah kalian, apa ertinya kalau nama keluarga saya ada di Buku Telepon ? Itu ertinya, saya tak perlu lagi merasa takut setiap malam dibangunkan Papa untuk terus berlari. Itu ertinya, saya tak perlu lagi kehilangan teman-teman yang saya sayangi. Itu juga bererti, saya tak harus tidur di dalam kereta setiap malam yang dingin. Dan itu ertinya, bagi saya, dan juga keluarga saya, adalah sama darjatnya dengan keluarga-keluarga lainnya."

Matanya kembali menerawang. Ada air mata bening yang mengalir.

" Itu ertinya, akan ada harapan-harapan baru yang saya dapatkan nanti ..."

Kelas terdiam. Pak Guru tersenyum haru. Murid-murid tertunduk.

Mereka baru saja menyaksikan sebuah fragmen tentang kehidupan. Mereka juga baru saja mendapatkan hikmah tentang pencapaian besar, dan kebahagiaan.

Mereka juga belajar satu hal :

" Bersyukurlah dan berbahagialah setiap kali kita mendengar keuntungan orang lain. Sekecil apapun ... Sebesar apapun ..."
 
posted by Leon at 12:42 PM | Permalink | 0 comments